Biografi A-S. Aisyah
Kisah Sukses
Pelajar Indonesia...
Menjadi juara umum dengan sukses membawa pulang
enam medali emas, satu perak, dan tiga perunggu dalam kompetisi level dunia,
International Conference of Young Scientists (ICYS), tentu tidak mudah.
Bagaimana pelajar-pelajar wakil bangsa itu mencapainya?
TITIK. A-S.
AISYAH
Wajah-wajah letih akibat penerbangan panjang hampir 10
jam seketika berganti semringah. Itulah yang terlihat dari raut pelajar-pelajar
Indonesia setiba dari Polandia pada Jumat (1/5) petang. Seperti halnya yang
dilakukan SMA Global Mandiri Jakarta, para guru dan murid datang serombongan ke
bandara. Mereka membawa seuntai bunga yang dilingkarkan ke leher Nugra Akbari,
siswa kebanggan mereka yang sukses meraih emas di bidang computer
science. Para suporter yang terdiri atas teman-teman Nugra juga menyambut
dengan heboh.
Tak heran, begitu datang, Nugra pun langsung dihujani
ciuman dan ucapan selamat oleh keluarga dan teman-temannya. Menurut Eliza
Gustineli, sang ibu, persiapan yang dilakukan Nugra menjelang lomba boleh
dibilang cukup lama. Yaitu, sekitar delapan bulan. Nugra telah bekerja keras
untuk mempersiapkan penelitian yang berjudul m-batik: the computation of
Indonesia’s dying traditional batik design.
Selama kurang lebih enam bulan dia membikin program
desain pola batik secara komputerisasi itu. Bahkan, lantaran terlalu
bersemangat mempersiapkan ajang perlombaan itu, dia sempat terkapar di rumah
sakit seminggu sebelum lomba berlangsung. Nugra terkena demam berdarah dan
tifus sebelum berangkat ke Polandia. Tujuh hari dia dirawat di rumah sakit dan
tidak sempat belajar. ”Setelah sembuh, dia langsung berangkat ke Polandia
dengan persiapan apa adanya,” ujar Eliza.
Namun, siapa sangka tema batik yang diusungnya
berhasil mengharumkan nama Indonesia. Presentasi yang dia lakukan cukup
meyakinkan dewan juri yang berasal dari berbagai negara itu. Nugra menuturkan,
bukan tanpa alasan dia memilih tema batik dalam penelitiannya. ”Saya berpikir
bahwa batik sudah mulai dilupakan orang. Saya ingin budaya yang satu itu
disukai kembali,” terang Nugra.
Bukan hanya Nugra yang kedatangannya di tanah air
disambut meriah. Idelia Chandra, peraih medali emas bidang fisika, dan
Gabriella Alicia Kosasih, peraih medali emas bidang ekologi, dari SMA St
Laurensia, juga mendapat sambutan istimewa. Teman-temannya membentangkan
spanduk bertulisan selamat datang kepada Idelia. Maklum, dua tim dari sekolah
itu berhasil menggenggam dua medali emas. ”Tidak sia-sialah kerja keras
anak-anak,” ujar Destri Mudiawati, supervisor science SMA St Laurensia,
Tangerang.
Ketika mempresentasikan penelitiannya yang berjudul balinese
gamelan: a brainwave synchronizer, Idelia Chandra mendapat applaus
panjang dari peserta lain dan dewan juri. Sebab, boleh dibilang penelitian
Idelia bersama Christopher Alexander, rekannya, cukup unik. Dia mencermati
bahwa sepasang gamelan Bali memiliki suara yang berbeda dengan suara gamelan
Jawa.
Tertarik dengan perbedaan itu, dia lantas melakukan
penelitian. Secara fisik, dua tabung resonansi di bawah gamelan Bali memang
berbeda. Satu tabung lebih panjang dan satunya lebih pendek. Perbedaan fisik
tabung itulah yang kemudian menimbulkan frekuensi suara yang berbeda pula.
Namun, ketidakselarasan bunyi itulah yang justru
menimbulkan efek, yang ketika didengarkan menimbulkan perasaan nyaman dan
rileks. ”Bahkan, bisa untuk meditasi,” ujar Idelia. Namun, dia belum meneliti
mengapa dulu sepasang gamelan itu dibikin beda. ”Pasti ada alasan filosofisnya.
Namun, saya belum teliti sejarahnya,” terangnya.
Sambutan meriah juga diterima Jessica Karli yang
kemarin tiba di Bandara Juanda Surabaya. Berbagai poster yang bertulisan
selamat langsung dibentangkan begitu dia mendarat. Bukan hanya poster, dia juga
menerimba berbagai karangan bunga dari teman-temannya maupun dari Dinas
Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya.
Jessica adalah salah satu di antara 12 wakil Indonesia
yang mengikuti ajang International Conference of Young Scientists (ICYS). Dalam
ajang tersebut, gadis berambut panjang itu berhasil menyabet medali emas di
bidang ekologi. Penelitiannya yang berjudul Durian to Fight Mosquito
berhasil memukau juri. ”Saat itu sama sekali tidak kepikiran untuk menang
karena yang lainnya juga bagus-bagus,” ujar siswi kelas X SMA Cita Hati itu.
Apalagi dia mengalami kejadian tidak mengenakkan
ketika akan presentasi. Pointer dan flash disk yang berisi
seluruh materi presentasinya ngadat. Kejadian ini sempat membuatnya
bingung. Dia mencari-cari, tapi tidak juga menemukannya. Untung, dia masih
mempunyai back up data di laptop yang dibawanya. ”Akhirnya dipinjami
pointer milik peserta yang lainnya. Ya, kejadian ini tidak sampai membuat
berantakan, tapi sempat bingung juga sih,” jelas putri pasangan Sjani Tjandra
dan Widjaja Karli itu.
Karya yang dipresentasikan Jessica ialah mosquito
repellent (obat antinyamuk, Red) dengan berbagai aroma memang menarik.
”Sepertinya beberapa orang suka, jurinya juga bilang bahwa dia suka durian.
Mungkin jurinya pernah makan durian juga,” kenangnya.
0 komentar:
Posting Komentar